Pertumbuhan organik aplikasi ToSM (Test of Second Mathematics) Matematika Detik yang telah melampaui satu juta penggunaan tidak terjadi secara instan, melainkan melalui proses edukatif dan partisipatif yang melibatkan berbagai elemen pendidikan. Di Google Play, aplikasi ini tercatat telah digunakan oleh puluhan ribu pengguna aktif, dengan fitur utama berupa tes berhitung dasar spontan dan terapi gagap hitung. Statistik dari datamitratosm.web.id menunjukkan bahwa lebih dari 62.000 pengguna dari seluruh provinsi di Indonesia telah mengikuti tes ToSM, dengan lebih dari satu juta kali tes dilakukan. Ini menandakan bahwa aplikasi ini bukan sekadar alat bantu belajar, tetapi telah menjadi instrumen diagnostik nasional dalam literasi numerasi.
Konsep Matematika Detik yang mendasari ToSM berakar pada pendekatan intuitif terhadap berhitung. Terinspirasi dari gagasan Daniel Kahneman tentang “thinking fast,” Matematika Detik menekankan pentingnya dua detik pertama dalam proses berpikir matematis. Pelatihan numerasi oleh Ahmad Thoha Faz pada Festival Literasi Sekolah Kemendikbud RI tahun 2019 menjadi titik awal penyebaran gagasan ini secara nasional. Dalam pelatihan tersebut, ToSM diperkenalkan sebagai “TOEFL-nya berhitung dasar,” yang mampu mendeteksi gagap hitung secara cepat dan akurat. Pendekatan ini kemudian diadopsi oleh berbagai sekolah dan komunitas pendidikan.
Gerakan “Sumatera Selatan Berantas Gagap Hitung” menjadi salah satu tonggak penting dalam ekspansi organik ToSM. Diprakarsai oleh Ikatan Alumni ITB dan Dinas Perpustakaan Provinsi Sumatera Selatan, asesmen ToSM dilakukan di SMAN Sumsel sebagai lokomotif gerakan. Ahmad Thoha Faz secara langsung memimpin asesmen dan pelatihan, menekankan bahwa bagi siswa SMA/SMK operasi dasar seperti tambah, kurang, kali, dan bagi seharusnya bisa dijawab dalam dua detik. Gerakan ini tidak hanya menyasar siswa, tetapi juga guru dan komunitas pendidikan, sehingga menciptakan efek berantai dalam penyebaran aplikasi dan filosofi Matematika Detik.
Kompetisi ToSM yang diselenggarakan oleh MTs PPMI Assalaam Sukoharjo dan POSI (Pusat Olimpiade Sains Indonesia) turut memperkuat daya tarik aplikasi ini di kalangan pelajar. POSI bahkan menjadikan ToSM sebagai bagian dari pelatihan olimpiade sains di Sumatera Utara dan Aceh, serta menyelenggarakan webinar khusus untuk guru dan dinas pendidikan. Kompetisi ini bukan hanya ajang unjuk kemampuan berhitung cepat, tetapi juga sarana untuk mengidentifikasi dan mengatasi gagap hitung secara sistematis. Dengan pendekatan berbasis data dan asesmen, ToSM menjadi alat yang kredibel dan terstandarisasi.
Perintisan Sekolah Percontohan ToSM yang dimulai dari SD Negeri Percobaan Kota Medan dan menyebar ke berbagai daerah seperti Bekasi menunjukkan bahwa adopsi aplikasi ini telah melampaui sekadar penggunaan individu. Sekolah-sekolah seperti SIT Plus Cordova di Cikarang bahkan telah menggunakan ToSM sejak 2017 dalam bentuk konvensional sebelum beralih ke versi digital. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan ToSM bersifat organik, didorong oleh kebutuhan nyata di lapangan dan dukungan komunitas pendidikan. Dengan kombinasi pelatihan, kompetisi, gerakan sosial, dan integrasi kurikulum, ToSM telah menjelma menjadi gerakan nasional dalam pemberantasan gagap hitung dan peningkatan literasi numerasi.