“Bukan يصبب الفرع tapi لم يصب الفرع.”
Saya mengoreksi bacaan anggota tim perumusan Matematika Titik. Entah, mungkin sudah ratusan kali menyampaikan kaidah berpikir tersebut, sehingga telinga ini sangat peka.
“Tapi di tulisannya يصبب, Pak.” Seluruh anggota tim kompak menyanggah koreksi saya. Di hadapan mereka masing-masing ada kitab Mabadi Awwaliyah.
Jangan-jangan hafalan saya selama ini salah. Saya memeriksa tashrif di luar kepala.
اصاب يصيب
لم + يصيب = لم يصب
Akhirnya saya yakin bahwa apa yang mereka baca adalah salah cetak.
Hari ini kami mengkaji kitab Mabadi Awwaliyah. Bukan untuk belajar ushul fiqh maupun fiqh, melainkan membawanya untuk menerangi perumusan Matematika Titik.