RELIGIUSITAS YANG MENGERIKAN

Dipublikasikan pada 1 August 2025 | Kategori: Titik Ba

Kenekatan bodoh para agamawan sungguh mengerikan. Kelompok yang sering disebut sebagai ulama justru berada di barisan terdepan perusakan aqidah dan nalar umat Islam. Itu yang dapat disimpulkan dari polemik “1+1=2” yang berlangsung bertahun-tahun lalu.

1+1 jelas berbeda dengan 2. Bagaimana mungkin 1+1=2 itu aksioma, tidak menuntut pembuktian?

Para perusak logika umat Islam itu bukan para agamawan sembarangan. Mereka adalah para ustadz dengan kecerdasan di atas rata-rata sehingga getol menekuni manthiq yang dikenal sulit.

Mengapa mereka begitu nekat mengumbar kebodohan bahkan berdebat di media sosial? Begitulah perusakan dibungkus kebohongan atas nama agama. Ampuh, permanen, seperti piramida yang tetap kokoh selama berabad-abad.

Sekali lagi, 1+1 berbeda dengan 2 itu sangat sederhana. Tapi kepala menjadi batu, telinga tersumpal dan mata berkabut tebal, tidak sanggup menerima fakta yang terang-benderang.

Mengapa? Karena 1+1=2 karena sering digunakan untuk menjelaskan apa itu bukti. Yaitu 1+1=2 adalah contoh pengetahuan aksiomatik. Pada saat yang sama keberadaan Allahu ta’ala, yaitu rukun iman ke-1 alias kebenaran tertinggi, mungkin atau perlu pembuktian.

Itulah satu paket Aqidah Korslet.

Semalam Tadarus Ayat-Ayat Cerita membahas QS.2:30-32. Terang dari al-Qur’an, bagaimana seharusnya kita memberi nama. Terang bagaimana hak terpenting setiap keturunan Adam adalah kebebasan memberi nama.

Saya tidak paham. Apakah mereka tidak membaca al-Qur’an? Tentu saja mereka membaca, bahkan sebagian menghafal al-Qur’an. Yang tidak dipahami, bagaimana pembaca al-Qur’an sampai tidak menyadari bahwa 1+1=2?

Religiusitas memang mengerikan. Makam palsu, sama seperti ajaran sesat 1+1=2 sebagai aksioma dan juga bumi datar, dapat tersebar luas karena dikemas dengan religiusitas.