FENOMENA USTADZ MUHAMMAD NURUDDIN DAN ANCAMAN TAFSIR TUNGGAL AQIDAH WARGA NAHDLIYYIN

Ahmad Thoha Faz | Dipublikasikan pada 25 August 2025 | Kategori: Titik Ba

Ahmad Thoha Faz menitip hadiah Titik Ba untuk pemateri seminar, Ustadz Muhammad Nuruddin.
Ahmad Thoha Faz menitip hadiah Titik Ba untuk pemateri seminar, Ustadz Muhammad Nuruddin.

“Tidak banyak ustadz NU yang ceramahnya logis. Tapi ada satu, yaitu Ustadz Muhammad Nuruddin.”

Begitu komentar teman, sosok terpenting di balik gerakan Sumatera Selatan Berantas Gagap Hitung. Alumni Teknik Industri ITB itu sangat cerdas. Dulu selalu menjadi juara tryout UMPTN, sampai menjadi “sumber penghasilan”.

Kami berbincang sambil menikmati"mie Bangladesh" di Palembang. Hanya dalam beberapa menit, beliau tersadarkan pembodohan logika atas nama aqidah yang terus didakwahkan oleh Ustadz Muhammad Nuruddin (UMN).

Sosok secerdas beliau saja terbius oleh retorika UMN apalagi yang lain. Oleh karena itu, saya memaklumi ketika pembodohan logika dan sains yang disampaikan UMN di kampus UI, yaitu sewaktu berdebat dengan Guru Gembul, disambut tepuk tangan meriah.

Sebegitu bodohkah umat Islam dalam logika dan sains? Serusak itulah umat Islam dalam beraqidah?

Sebenarnya kekacauan logika UMN itu terang- benderang. Tapi bungkusnya, yaitu kebohongan atas nama aqidah, yang membuat umat Islam khususnya warga Nahdliyyin terpedaya. Bahkan, saya merasakan, terbentuk persepsi bahwa begitulah aqidah warga Nahdliyyin.

Kemunculan UMN yang melejit viral perlu direspon dengan cerdas dan cermat. Jangan sampai aqidah versi Muhammad Nuruddin, yang sering saya sebut sebagai Aqidah Korslet, membatu menjadi tafsir tunggal. NU itu beragam. Tidak semua bersikap mengingkari logika dan sains seperti UMN.

Dengan semangat itu kami mengunjungi Pondok Pesantren Attauhidiyah, Giren, Kabupaten Tegal. Sebab UMN berencana hadir di sana pada 11 Februari 2025. Saya ingin juga hadir menyimak seminar, syukur apabila dapat turut berdiskusi. Yang jelas pada tanggal itu bukan saat yang tepat untuk berdebat.

Aqidah selalu maha penting, termasuk di tengah era algoritma (al-Khowarizmi). Seperti ajaran Bumi Datar, Aqidah Korslet sudah seharusnya segera ditinggalkan.

Namun, ada kabar tidak sedap dari santri Pesantren Ilmu Eksakta (PI.E) yang terdaftar sebagai peserta seminar. Yaitu saya dilarang hadir.

Saya menghormati panitia. Saya tidak hadir. Sampai sekarang, 6 bulan kemudian, saya tidak tahu apa alasan saya dilarang menjadi peserta seminar di sana.