SELAIN KITAB FIQH "TAQRIB", KITAB AQIDAH "UMMUL BARAHIN" PUN PERLU DIREVISI

Ahmad Thoha Faz | Dipublikasikan pada 28 August 2025 | Kategori: Titik Ba

Dr KH Nasrullah Afandi Lc MA, ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU, menyerukan perombakan kitab fiqh “Taqrib
Dr KH Nasrullah Afandi Lc MA, ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU, menyerukan perombakan kitab fiqh "Taqrib

Kebenaran tidak boleh kontradiksi. Tidak mungkin ketika dalam aqidah saya dan anda menerima A, tapi sewaktu menekuni fisika saya dan anda menerima bukan A. Prinsip non-kontradiksi mendasari kewarasan.

Nah, setelah berabad-abad memimpin peradaban dunia, mengapa umat Islam terbelakang dalam logika, matematika dan sains terutama setelah tahun 1500?

Dugaan saya semakin terkonfirmasi. Sumber keterbelakangan umat Islam berasal dari umat Islam sendiri. Mungkin sumber yang dimaksud tidak hanya satu, tapi kerusakan aqidah adalah faktor terpenting.

Aqidah seharusnya membebaskan dan mencerdaskan. Faktanya, simak ceramah para agamawan, aqidah seringkali dijadikan bungkus untuk melakukan perusakan aqidah dan nalar umat Islam.

Masalah terang-benderang, tapi “terlalu besar”. Maka mereka yang tahu pun pura-pura tidak tahu, seperti Tom si kucing yang tidak berani menegur Spike si anjing.

Bagaimana para agamawan kompas mengacaukan kewarasan umat? Ternyata mereka tidak asal bunyi. Mereka berbicara berdasarkan referensi.

Sebagai contoh, mari kita simak penjelasan kitab Ummul Barahin ketika hendak menutup bahasan tentang hukum akal (الحكم العقلي):

واعلم أن الحركة و السكون للجرم يصح أن يمثل بهما لاقسام الحكم العقلي الثلاثة ، فالواجب العقلي ثبوت احدهما لا بعينه للجرم ، و المستحيل نفيها معا عن الجرم ، و الجاءز ثبوت أحدهما بالخصوص للجرم

“Ketahuilah bahwa gerak dan diam suatu benda dapat digunakan sebagai representasi bagi tiga kategori hukum akal:

- Wajib (niscaya) menurut akal adalah menetapkan salah satunya tanpa menentukan secara spesifik bagi benda.

- Mustahil menurut akal adalah meniadakan keduanya sekaligus dari benda.

- Jaiz (mungkin) menurut akal adalah menetapkan salah satunya secara khusus bagi benda.”

Diam dan gerak adalah fondasi fisika. Di SMA, setelah mengenal besaran dan satuan, pembelajaran fisika dimulai dengan memperkenalkan konsep posisi dan perpindahan posisi. Perpindahan posisi itulah gerak.

Mekanika Newton adalah studi tentang gerak. Jelas apa yang disampaikan kitab Ummul Barahin bertentangan dengan fondasi fisika.

Perihal diam dan gerak dikaji lebih cermat lagi dalam Teori Relativitas, melalui pemikiran brilian Albert Einstein. Dalam Teori Relativitas, pernyataan tersebut mengandung asumsi bahwa gerak dan diam adalah keadaan yang dapat ditetapkan secara mutlak untuk suatu benda. Namun, relativitas menunjukkan bahwa gerak dan diam selalu bersifat relatif terhadap kerangka acuan pengamat.

Ketahuilah bahwa gerak dan diam suatu benda bukanlah keadaan yang mutlak, melainkan bersifat relatif dan bergantung pada kerangka acuan pengamat, sesuai dengan Teori Relativitas. Tidak mungkin menetapkan salah satu secara mutlak untuk suatu benda, dan tidak mungkin meniadakan keduanya sekaligus, karena setiap gerak atau diam harus diukur relatif terhadap suatu kerangka acuan, bukan sebagai keadaan yang berdiri sendiri.

Dalam Relativitas Khusus, hukum-hukum fisika tetap berlaku dalam semua kerangka acuan inersia, sehingga tidak ada eksperimen mekanika yang dapat membuktikan apakah suatu benda benar-benar diam atau bergerak secara absolut. Dalam Relativitas Umum, gravitasi melengkungkan ruang-waktu, sehingga gerak benda tidak hanya bergantung pada gaya eksternal tetapi juga pada geometri ruang-waktu itu sendiri.

Dengan demikian, pernyataan bahwa suatu benda harus (الواجب العقلي) memiliki salah satu dari dua keadaan (diam atau bergerak) secara mutlak bertentangan dengan prinsip relativitas, yang menyatakan bahwa diam dan gerak hanya bermakna dalam hubungan dengan kerangka acuan tertentu.

Ketua PP PERGUNU, Gus Nasrullah Afandi, telah menyuarakan perombakan kitab fiqh “Taqrib”. Itu penting. Namun, menurut saya, perombakan kitab aqidah Ummul Barahin jauh lebih penting dan genting. Pertentangan ajarannya dengan fondasi logika dan sains, menurut saya, menjadi bagian masalah besar umat Islam, yaitu keterbelakangan dan keterjajahan.