SIAPA RUJUKAN SIKAP PEJABAT PUBLIK: IDHAM CHALID ATAU RIZA CHALID?

Ahmad Thoha Faz | Dipublikasikan pada 3 September 2025 | Kategori: Ayat-Ayat Cerita

Mengikuti Musa atau Qarun? QS.28:79 disampaikan Ahmad Thoha Faz ketika dipercaya memimpin doa pada syukuran wisuda Teknik Industri ITB, Maret 2005. Tepat sehari sebelumnya, Rektor ITB secara resmi memberi endorsement untuk Titik Ba.
Mengikuti Musa atau Qarun? QS.28:79 disampaikan Ahmad Thoha Faz ketika dipercaya memimpin doa pada syukuran wisuda Teknik Industri ITB, Maret 2005. Tepat sehari sebelumnya, Rektor ITB secara resmi memberi endorsement untuk Titik Ba.

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ فِى زِينَتِهِۦۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا يَـٰلَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَآ أُوتِىَ قَـٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

(QS Al-Qashash: 79)

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia: ‘Wahai, semoga kita memiliki seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya dia benar-benar memiliki keberuntungan yang besar.’”

Ayat ini menggambarkan fenomena sosial yang terus berulang: kekaguman terhadap kemewahan yang tidak dibarengi dengan integritas. Qarun adalah simbol dari kekayaan yang tidak amanah, yang akhirnya ditelan bumi karena kesombongannya. Dalam konteks Indonesia hari ini, dua nama Chalid mencerminkan dua jalan yang sangat berbeda. KH Idham Chalid meneladani jalan Musa—hidup sederhana, menjaga amanah, dan berpihak pada rakyat. Sementara Riza Chalid menelusuri jejak Qarun—mengumpulkan kekayaan luar biasa dari sektor strategis negara, namun terjerat dalam skandal korupsi yang merugikan bangsa.

Kekayaan Riza Chalid diperkirakan mencapai lebih dari US$650 juta atau sekitar Rp10,5 triliun. Ia dikenal sebagai “Gasoline Godfather” karena dominasi bisnisnya di sektor migas, termasuk keterlibatannya dalam kasus korupsi Pertamina yang merugikan negara hingga Rp285 triliun. Sebaliknya, KH Idham Chalid dikenal sebagai “Ketua DPR termiskin”—bukan karena kekurangan, tetapi karena menolak fasilitas negara dan memilih hidup bersahaja. Ia tidak memiliki kekayaan mencolok, namun warisan moral dan keteladanannya jauh melampaui nilai materi. Dua angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dua filosofi hidup yang bertolak belakang.

Psikologi mutakhir menunjukkan bahwa kekayaan memang memiliki korelasi positif terhadap kebahagiaan, tetapi hanya sampai titik tertentu. Studi dari Universitas Airlangga dan Northwestern Mutual menyimpulkan bahwa kontrol atas hidup dan gaya penggunaan uang yang bijak lebih menentukan kebahagiaan daripada jumlah uang itu sendiri. Orang kaya yang boros dan tidak memiliki arah hidup justru cenderung merasa tidak puas. Sebaliknya, mereka yang menggunakan uang secara hemat dan untuk tujuan bermakna—seperti pendidikan, kesehatan, dan kontribusi sosial—menunjukkan tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi. Dalam hal ini, gaya hidup Idham Chalid lebih selaras dengan kebahagiaan yang berkelanjutan daripada kemegahan ala Riza Chalid.

Maka, dalam menghadapi krisis kepercayaan publik dan gelombang demonstrasi yang berujung pada penjarahan rumah pejabat, bangsa ini perlu memilih rujukan moral yang jelas. Apakah kita ingin pejabat publik yang meneladani Musa—seperti Idham Chalid—yang hidup sederhana, menjaga amanah, dan berpihak pada rakyat? Ataukah kita akan terus membiarkan figur seperti Riza Chalid, yang meniru jejak Qarun, menguasai sektor strategis dengan cara yang merusak? Reformasi bukan hanya soal sistem, tapi soal karakter. Dan karakter itu harus ditunjukkan dalam figur konkret yang bisa dilihat, dirasakan, dan diteladani. Saatnya kita memilih dengan tegas: antara kemegahan yang menipu, atau kesederhanaan yang menyelamatkan.