​ALAM SEMESTA SEBAGAI KONSTRUKSI KETIADAAN

Ahmad Thoha Faz | Dipublikasikan pada 2 December 2025 | Kategori: Titik Ba

Dari Ketiadaan dan Selalu dalam Ketiadaan

​Konsep bahwa alam semesta muncul dari “ketiadaan” secara fundamental didukung oleh Hukum Kekekalan Energi. Dalam kosmologi, “ketiadaan” bukanlah kekosongan total, melainkan kekosongan kuantum yang tunduk pada prinsip fisika. Hipotesis Alam Semesta Nol Energi menyatakan bahwa energi total alam semesta adalah nol, di mana energi positif dari semua materi dan radiasi secara tepat diimbangi oleh energi negatif dari potensial gravitasi. Keseimbangan Energi positif + E negatif = 0 ini memungkinkan alam semesta muncul sebagai fluktuasi dari vakum kuantum tanpa memerlukan input energi eksternal, sehingga menjamin konsistensi dengan Hukum Kekekalan Energi. Dengan kata lain, penciptaan alam semesta adalah aksi yang memelihara nol (ketiadaan energi), sejalan dengan prinsip identitas 0=0.

​Struktur Matematis dari Nihil

​Jika alam semesta adalah bilangan, seperti yang dihipotesiskan oleh Pythagoras dan dikembangkan lebih lanjut oleh Max Tegmark dalam Mathematical Universe Hypothesis (MUH), maka fondasi realitas fisik harus dicari dalam fondasi matematika. MUH berpendapat bahwa realitas kita adalah struktur matematika abstrak. Selanjutnya, ketika kita meninjau fondasi formal matematika, seluruh sistem bilangan, dari mana struktur alam semesta konon berasal, dibangun dari himpunan kosong (ketiadaan). Teori Himpunan von Neumann secara eksplisit mendefinisikan angka nol sebagai himpunan kosong, dan semua bilangan asli selanjutnya dikonstruksi secara rekursif dari himpunan kosong tersebut. Dengan demikian, jika alam semesta adalah matematika, dan matematika berakar pada ketiadaan (himpunan kosong), maka alam semesta secara logis adalah konstruksi dari ketiadaan.

​Konvergensi Nol dan Himpunan Kosong

​Konsep Nol Fisika (Energi total =0) dan Ketiadaan Logis (himpunan kosong) menawarkan titik konvergensi yang menarik. Di satu sisi, fisika menjelaskan bagaimana alam semesta dapat memulai eksistensi tanpa memerlukan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Di sisi lain, teori himpunan menunjukkan bagaimana sesuatu yang kompleks (seluruh sistem bilangan dan, oleh perpanjangan MUH, seluruh alam semesta) dapat secara logis diangkat dan dibangun hanya dari ketiadaan formal. Ketiadaan di sini berfungsi sebagai titik awal, bukan sebagai akhir, yang menegaskan bahwa kekosongan adalah kondisi prasyarat yang subur, bukan kondisi kemandulan.

Implikasi Filosofis dan Ilmiah

​Gagasan Alam Semesta sebagai Konstruksi Ketiadaan memiliki implikasi yang mendalam. Ia menghilangkan kebutuhan akan Pencipta atau Sesuatu di Luar Alam Semesta untuk memicu Big Bang, karena nol tidak memerlukan sebab. Sebaliknya, alam semesta dianggap sebagai hukum fisika yang diwujudkan, yang secara internal konsisten dengan prinsip konservasi yang paling mendasar. Model ini menyiratkan bahwa ketiadaan bukanlah absennya segalanya, melainkan fondasi yang sempurna dan seimbang dari mana segala kemungkinan struktur, termasuk realitas kita, dapat muncul secara spontan dan konsisten.